Sunday 29 August 2010

KULTUM1

Nilai Ibadah dan Angka 0
Angka 0 ditemukan oleh Muhammad bin Ahmad. Penemuan angka 0 sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dunia karena dengan angka 0 kita dapat dengan mudah menuliskan jumlah bilangan dari yang terkecil hingga yang tertinggi.
Angka 0 yang dalam bahasa Inggris disebut zero berasal dari bahasa Arab “sifr” yang bermakna “kosong”, sehingga angka 0 seringkali diartikan sebagai:
 ketiadaan, kekosongan dan kehampaan dalam diri dan kehidupan manusia.
 menjadi tanda kekalahan dalam sebuah pertarungan atau pertandingan,
 lambang ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan peran kehidupan.
Meskipun demikian, angka 0 memiliki arti penting dalam mencapai kesempurnaan nilai sesuatu, serta bisa menjadi simbol kemenangan bagi penyucian jiwa.
Dengan adanya angka 0, kita dapat mengenal nilai angka-angka lainnya. Angka 1 akan bernilai lebih besar jika diikuti angka 0 menjadi angka 10. Angka 0 membuat angka 1 lebih bernilai, dan angka 1 bisa membuat angka 0 ada nilainya, yaitu 0 satuan. Hal ini menunjukkan arti bahwa sesuatu memiliki manfaat. Tidak akan ada yang sempurna tanpa adanya yang tak sempurna.
Nilai manfaat inilah yang menjadikan sesuatu bermakna dan penting dalam hidup kita hingga bisa menyirnakan kekosongan tersebut. Jika kita resapi dan kita hayati, fungsi dan nilai kehidupan kita terletak pada memberi manfaat. Kebermanfaatan atau kebergunaan kita dimulai untuk diri sendiri, keluarga, saudara, sahabat, masyarakat, bangsa dan negara serta agama kita. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.”
Angka 0 bisa diartikan sebagai kembalinya diri terhadap penyucian jiwa dan ketulusan hati, sehingga 0 merupakan titik keikhlasan dan penyerahan, mengosongkan dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Keikhlasan ini menjadi dasar tumbuhnya upaya untuk menjaga hati dari penyakit hati, mengikhlaskan hati untuk memaafkan dan menerima kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam diri dan hidup kita, bahkan memahami kekurangan orang lain.
Pada saat lebaran kita sering mengatakan kepada temen-temen kita dengan ucapan “kosong-kosong yaa”. Berkaitan dengan hal ini, angka nol dapat kita artikan dan kita maknai sebagai kembalinya hati kepada kesucian, memulai kembali hubungan yang terbuka, saling memaafkan dan berupaya untuk tidak saling menyakiti. Angka 0 memiliki esensi fitrah dan urgensi membuka maaf di hati, memperbaiki setiap kesalahan dengan sesuatu yang lebih berguna dalam mengelola hubungan interpersonal.

Hubungan NiIai ibadah dan Nilai 0
Bapak ibu yang dimuliakan Allah
Kelak pada saat hari perhitungan banyak orang kecele dan tertipu.
1. Orang yang berilmu tapi tidak beramal / beramal tapi tak berilmu
Orang ini beranggapan bahwa disisi Allah Ta’ala mereka akan mendapatkan tempat yang terhormat karena banyaknya ilmu yang dimiliki. Padahal ilmu pengetahuan hanyalah sebagai mile stone (titik tolak) dalam mengamalkan sesuatu yang baik agar diterima dan sah menurut aturan agama. Segal ilmu pengetahuan jika tidak membuahkan amalan-amalan yang baik, maka ilmu itu tidak berharga sama sekali dipandangan Allah maupun manusia alias NOL.
Sebaliknya orang yang beramal tetapi tidak berilmu juga NOL.
2. Orang yang beramal tapi tidak dengan hati
Orang ini senang memperdalam ilmu pengetahuan dan juga senang beramal soleh tetapi memiliki penyakit hati seprti sombong, ria dan suka dipuji-puji. Orang yang beramal hanya karena ingin dikatakan sebagai orang yang taat dan orang yang dermawan maka dimata Allah nilainya NOL.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu tidak melihat pada bentuk rupamu, tidak pula kepada hartamu, tetapi melihat kepada hati dan amalanmu” diriwayatkan oleh Thabrani.
3. Orang yang suka menganiaya orang lain
Nabi Muhammad SAW bersabda,: “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halalnya sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai kebaikan, maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.”
Dengan demikian maka nilai atau pahala ibadah orang itu menjadi NOL bahkan diakatakan sebgai orang yang bangrut.

Bapak dan ibu yang dimuliakan Allah
Agar ibadah kita tidak bernilai NOL dihadapan Allah Ta’ala maka kita harus:
1. Beramal dengan ilmu
2. Beramal dengan hati
3. Tidak menganiaya orang lain
Bulan romadhan sebagai sahrur tarbiyah kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk menuntut ilmu agar ibadah kita berkualitas dan berisi, menyucikan hati agar kita bisa beribadah dengan ikhlas, dan mengendalikan diri untuk tidak menganiaya orang lain. Dengan demikian maka kelak amal yang kita bawa di hadapan Allah Ta’ala BUKAN amal kosong yang bernilai NOL, tetapi insya Allah kita akan membawa pahala dari amal kebaikan kita untuk menggapai syurga. Amien.
Bilahitaufik wal hidayah Wasalamu’alaikum wr.wb.